BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Salah satu penyebab rendahnya moral/ akhlak generasi saat ini
adalah rendahnya moral para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya
mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai- nilai moral yang terkandung
dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat
berorientasi pada perolehan angka- angka sebagai standarisasi kualitas
pendidikan.
Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru
dan mempunyai gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru
tidak lengkap dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi
dengan guru.
Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah
bangsa dan peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu
apa- apa menjadi pribadi jenius. Melalui sentuhannyalah, lahir generasi-
generasi unggul. Maka dari itu, di dalam makalah ini akan dibahas tentang
kepribadian guru.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah di
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Apa yang
dimaksud dengan kepribadian guru?
b.
Bagaimana
perkembangan kepribadian guru?
c.
Apa saja ciri-
ciri stereotip guru?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk
mengetahui apa pengertian kepribadian guru.
b.
Untuk
mengetahui perkembangan kepribadian guru.
c.
Untuk
mengetahui ciri- ciri stereotip guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kepribadian Guru
Menurut Gordon W. Allport,
kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem
psiko-motorik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan
penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan- kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi
dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntunan (norma) lingkungan”. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa
kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan
individu lainnya.[1]
kepribadian guru seperti halnya
kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek jasmaniyah, intelektual,
sosial, emosional dan moral. Pembentukan
pribadi guru dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari lingkungan keluarganya,
sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta kondisi situasi
sekolah dimana ia bekerja. Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas
serta terdapatnya guru memerlukan syarat tertentu, yaitu :(a) Guru harus
memiliki kemampuan profesional; (b) Guru harus memiliki kemampuan intelektual;
(c) Guru harus memiliki sifat edukasi. Dari
syarat – syarat tersebutlah yang dapat membedakan guru dengan manusia lainnya. Untuk
menjadi seorang guru, juga dituntut kedewasaan dan kematangan, karena seperti
yang kita ketahui bahwa anak didik ataupun siswa diibaratkan sebagai kelompok
yang belum dewasa. Sementara guru atau pendidik dipandang sebagai manusia yang
telah dewasa.
Kepribadian guru sangat mempengaruhi
perannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para
siswanya tidak hanya dengan bahan yang dia sampaikan atau metode- metode
penyampaian yang sesungguhnya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik
dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga
interaksi informal, tidak hanya diajarkan, tetapi juga ditularkan. Pribadi guru
merupakan suatu kesatuan antara sifat- sifat pribadinya dan peranannya sebagai
pendidik, pengajar dan pembimbing.[2]
B.
Perkembangan
Pribadi Guru
Kepribadian sesungguhnya adalah
suatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek kehidupan.
Misalnya dalam tindakan, Ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam
menhadapi persoalan atau masalah.
Ada 3 faktor yang menentukan dalam
perkembangan kepribadian :
a.
Faktor bawaan:
Unsur
ini terdiri dari bawaan genetic yang menentukan diri fisik primer (warna kulit,
mata dll) selain itu juga kecenderungan – kecenderungan dasar misalnya kepekaan
dan penyesuaian diri.
b.
Faktor
lingkungan
Faktor
lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru
dan lain- lain dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
c.
Interaksi
bawaan dan lingkungan
Interaksi
yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan
aku/ diriku dalam diri seseorang.[3]
Kepribadian guru terbentuk atas
pengaruh model kelakuan seperti yang
diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaanya. Guru harus menjalankan
peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang
tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman dan harus dihindari.
Sebaliknya, kelakuan yang sesuai akan dimantapkan dan norma- norma kelakuan
akan internalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Dalam situasi kelas, guru menghadapi
sejumlah murid yang harus dipandang sebagai “anaknya”. Sebaliknya, murid- murid
akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya,
maka guru didewasakan, di- “tua”- kan sekalipun menurut usia yang sebenarnya
belum pantas menjadi “orangtua”. Orang tua murid akan memandang guru sebagai “partner”
yang setaraf kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru.
Dalam menjalankan perannanya sebagai guru, ia lambat laun membentuk
kepribadiannya. Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia
akan bereaksi sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlakukan dan
berlaku sebagai guru (Nasution, 2009: 103-104).[4]
Menurut Al- Abrasyi, bahwa guru
(dalam ajaran Islam)harus memiliki sifat- sifat Seperti zuhud, berpenampilan
menyenangkan, berjiwa besar, tidak ria, tidak memendam rasa dengki dan , iri
hati, tidak menyenangi permusuhan, antara perkataan dan perbuatan sesuai, tidak
malu mengatakan ketidaktahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan dan
perbuatan(tetapi tidak kasar), rendah hati, lemah lemut, pemaaf, sabar, tidak
merasa rendah diri, bersifat kebapakan, dan mengetahui karakter murid.
Menurut mahmud junus yang bersumber
dari Ibnu Sina antara lain guru hendaklah berjiwa tenang, tidak bermuka masam,
tidak mengolok- olok dihadapan anak didik, dan sopan santun.[5]
C.
Ciri- ciri
Stereotif Guru
Stereotip guru adalah hal- hal yang
sering dilakukan oleh para guru. Stereotip juga bisa diartikan sebagai sifat
kepribadian. Yang berkembang dimasyarakat adalah adanya suatu anggapan bahwa
yang stereotip selalu dianggap benar, sedangkan yang di luar stereotip dianggap
salah.
Ciri- ciri stereotip guru yaitu:
1.
Guru tidak
memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian
yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang
berbeda. Karena sifat ini, ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau
cara orang lain memecahkan suatu masalah. Guru tidak suka diberi pertanyaan
oleh murid, apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
2.
Guru pandai
menahan diri. Ia hati- hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan
dengan orang lain. Karena itu, ia tidak dapat memberikan partisipasi penuh
dalam kegiatan sosial.
3.
Guru cenderung
menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul secara intim dengan orang
lain. Orang lain juga sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.
Guru berusaha
menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma- norma yang
berkenaan dengan kedudukannya. Baginya, guru itu orang terhormat dan karena itu
ia harus berkelakuan sesuai dengan kedudukan itu.
5.
Guru cenderung
untuk bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam diskusi. Sebagai orang yang
serbatahu dalam kelas, ia akan memperlihatkan sikap yang sama di luar kelas.
6.
Guru cenderung
bersikap konservatif, baik dalam pendiriannya maupun dalam hal- hal lahiriah,
seperti mengenai pakaian. Sebagai guru,
ia bertugas menyampaikan kebudayaan nenek moyang kepada generasi muda. Dengan
demikian, generasi muda dapat turut mempertahankan dan mengawetkan kebudayaan.
7.
Guru pada
umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru. Seseorang
memasuki lembaga pendidikan guru sering karena pilihan lain sudah tertutup.
8.
Guru pada
umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
9.
Guru lebih
cenderung mengikuti pimpinan daripada memberi pimpinan.
10.
Guru dipandang
kurang agresif dalam menghadapi berbagai masalah.
11.
Guru cenderung
memandang guru- guru sebagai kelompok yang berbeda dengan golongan pekerja
lainya. Kecenderungan ini turut menimbulkan stereotip guru.
12.
Guru
menunjukkan kesediaan untuk berbakti
dan berjasa( Nasution, 2009:104-105)
D.
Guru Masa Depan
Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan dan
keterampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal.
Selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda- tanda zaman, serta memiliki
wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu
yang ada padanya.
1.
Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas. Program kerja
tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat
dokumen pembelajaran seperti Program semaster, Satuan Pelajaran, LKS, dan
sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran
yang dilakukan berhasil maksimal dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang
dilakukan dan sudah terprogram secara baik.
2.
Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan yang
berkenaan dengan pola pembelajaran termasuk di dalamnya metode mengajar, media
pembelajaran, sistem dan alat evaluasi. Secara individu maupun bersama- sama
mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil
maksimal. Dengan mengubah pola baru pembelajaran maka akan berdampak kepada
hasil yang lebih maksimal.
3.
Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus
belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak
didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya.
4.
Capable, artinya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan
ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola
proses pembelajaran secara efektif.
5.
Developper, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri dan menularkan
kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru
masa depan haus akan menimba keterampilan, dan bersikap peka terhadap
perkembangan Iptek.[6]
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis
dalam diri individu sebagai sistem psiko-motorik yang menentukan caranya yang
unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ada 3 faktor yang
menentukan dalam perkembangan kepribadian :
a.
Faktor bawaan:
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menentukan diri fisik
primer (warna kulit, mata dll) selain itu juga kecenderungan – kecenderungan
dasar misalnya kepekaan dan penyesuaian diri.
b.
Faktor
lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya
seperti teman, guru dan lain- lain dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
c.
Interaksi
bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan
menyebabkan timbulnya perasaan aku/ diriku dalam diri seseorang.
Ciri- ciri stereotip guru yaitu:
1.
Guru tidak
memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian
yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang
berbeda. Karena sifat ini, ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau
cara orang lain memecahkan suatu masalah. Guru tidak suka diberi pertanyaan
oleh murid, apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
2.
Guru pandai
menahan diri. Ia hati- hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan
dengan orang lain. Karena itu, ia tidak dapat memberikan partisipasi penuh
dalam kegiatan sosial.
3.
Guru cenderung
menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul secara intim dengan orang
lain. Orang lain juga sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.
Guru berusaha
menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma- norma yang
berkenaan dengan kedudukannya. Baginya, guru itu orang terhormat dan karena itu
ia harus berkelakuan sesuai dengan kedudukan itu.
Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan dan
keterampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal.
Selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda- tanda zaman, serta memiliki
wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu
yang ada padanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Febrini, Deni. Bimbingan
Konseling . Yogyakarta : Teras. 2011.
Isjoni, Gurukah Yang
dipersalahkan (Menakar Posisi Guru di Tengah Dunia Pendidikan Kita). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2006.
[1] https:fdj-indrakurniawan.blogspot.com
[1] I
wayan Suwatra, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014
[1] Moh. Rosyid, Guru (Kudus : STAIN Press Kudus, 2007
[1] Deni Febrini, Bimbingan
Konseling (Yogyakarta : Teras. 2011)hal. 34.
[2] Isjoni, Gurukah
Yang dipersalahkan (Menakar Posisi Guru di Tengah Dunia Pendidikan Kita),
Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006. Hal 76-78.
[3]
https:fdj-indrakurniawan.blogspot.com
[4] I wayan
Suwatra, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) hal. 45
[5] Moh. Rosyid, Guru
(Kudus : STAIN Press Kudus, 2007)hal. 104.