menu

Rabu, 16 November 2016

Logo Festival Kali Comal


FESTIFAL KALI COMAL - PEMALANG


Ramaikan yukkk Festival kali Comal Kabupaten Pemalang yang terselenggara berkat kerjasama empat kecamatan yang dilintasi oleh sungai comal yaitu Kecamatan Comal-Ulujami-Bodeh-Ampelgading (Coluboding) dengan agenda kegiatannya adalah sebagai berikut :






FOTO PUNCAK









Kamis, 10 November 2016

PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM




BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kurikulum
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu currir yang berarti berlari dan curere yang berarti tempat berpacu. Dengan demikian, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish (Sudirman,et. Al., 1987:9)
Kurikulum kemudian dibawa ke dalam dunia pendidikan dan diartikan sebagai seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai tujuan pendidikan yang akan dicapai.[1]Dalam arti sempit kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran. Hilda Taba dalam bukunya Curiculum development, theory and practice mengartikan kurikulum sebagai a plan for learning yaitu sesuatu yang direncanakan untuk dipelajari oleh anak.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai secara tuntas (belajar tuntas). Kurikulum dilaksanakan dalam rangka membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. McNeil, John. 1985. Curriculum, A Comprehensive Introduction. Boston: Little, Brown and Company.
Definisi kurikulum dalam arti luas dengan beberapa penekanannya sebagai berikut:
1.        J. Galen Saylor dan William M. Alexander (1956)
Kurikulum adalah semua usaha sekolah untuk mempengaruhi siswa itu belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah.
2.        Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
3.        Nana Syaodih Sukmadinata (1997)
Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah, maupun nasional.
B.  Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan serta unsur-unsur masyarakat lainya. Rencana ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan seleh siswa itu sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Dalam proses pengembangan kurikulum, suatu hal lain yang tidak dapat diabaikan adalah pentingnya memahami prinsip-prinsip  yang digunakan. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip – prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian :



Selengkapnya bisa di download di :
Materi  : Prinsip Pengembangan Kurikulum

DOWNLOAD

KISI-KISI PENJASORKES KELAS VIII MTs. TP. 2016-2017

Kisi-Kisi Mapel Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VIII
untuk siswa-siswi MTs. Tahun Pelajaran 2016-2017 
bisa di download link di bawah ini :

Kisi-Kisi Kelas VIII        DOWNLOAD
 
Kisi-Kisi Kelas VII          DOWNLOAD

Semoga Bermanfaat !!!

Senin, 31 Oktober 2016

KEPRIBADIAN GURU : SOSIOLOGI PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Salah satu penyebab rendahnya moral/ akhlak generasi saat ini adalah rendahnya moral para guru dan orang tua. Kecenderungan tugas guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan nilai- nilai moral yang terkandung dalam ilmu pengetahuan tersebut, apalagi kondisi pembelajaran saat ini sangat berorientasi pada perolehan angka- angka sebagai standarisasi kualitas pendidikan.
Setiap orang yang pernah sekolah, pastilah berhubungan dengan guru dan mempunyai gambaran tentang kepribadian guru. Walaupun gambaran tentang guru tidak lengkap dan mungkin tidak benar seluruhnya, namun orang akan berinteraksi dengan guru.
Guru adalah pribadi yang menentukan maju atau tidaknya sebuah bangsa dan peradaban manusia. Ditangannya, seorang anak yang awalnya tidak tahu apa- apa menjadi pribadi jenius. Melalui sentuhannyalah, lahir generasi- generasi unggul. Maka dari itu, di dalam makalah ini akan dibahas tentang kepribadian guru.
B.     Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Apa yang dimaksud dengan kepribadian guru?
b.      Bagaimana perkembangan kepribadian guru?
c.       Apa saja ciri- ciri stereotip guru?
C.     Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a.       Untuk mengetahui apa pengertian kepribadian guru.
b.      Untuk mengetahui perkembangan kepribadian guru.
c.       Untuk mengetahui ciri- ciri stereotip guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepribadian  Guru
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-motorik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai “suatu proses respons individu baik yang bersifat   behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan- kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustrasi dan konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntunan (norma) lingkungan”. Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.[1]
kepribadian guru seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri dari aspek jasmaniyah, intelektual, sosial, emosional dan  moral. Pembentukan pribadi guru dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari lingkungan keluarganya, sekolahnya tempat dulu ia belajar, masyarakat sekitar serta kondisi situasi sekolah dimana ia bekerja. Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas serta terdapatnya guru memerlukan syarat tertentu, yaitu :(a) Guru harus memiliki kemampuan profesional; (b) Guru harus memiliki kemampuan intelektual; (c) Guru harus memiliki sifat edukasi.  Dari syarat – syarat tersebutlah yang dapat membedakan guru dengan manusia lainnya. Untuk menjadi seorang guru, juga dituntut kedewasaan dan kematangan, karena seperti yang kita ketahui bahwa anak didik ataupun siswa diibaratkan sebagai kelompok yang belum dewasa. Sementara guru atau pendidik dipandang sebagai manusia yang telah dewasa.    
Kepribadian guru sangat mempengaruhi perannya sebagai pendidik dan pembimbing. Guru mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan bahan yang dia sampaikan atau metode- metode penyampaian yang sesungguhnya, tetapi dengan seluruh kepribadiannya. Mendidik dan membimbing tidak hanya terjadi dalam interaksi formal, tetapi juga interaksi informal, tidak hanya diajarkan, tetapi juga ditularkan. Pribadi guru merupakan suatu kesatuan antara sifat- sifat pribadinya dan peranannya sebagai pendidik, pengajar dan pembimbing.[2]  
B.     Perkembangan Pribadi Guru
Kepribadian sesungguhnya adalah suatu yang abstrak, sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala aspek kehidupan. Misalnya dalam tindakan, Ucapan, caranya bergaul, berpakaian, dan dalam menhadapi persoalan atau masalah.
 Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
a.       Faktor bawaan:
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menentukan diri fisik primer (warna kulit, mata dll) selain itu juga kecenderungan – kecenderungan dasar misalnya kepekaan dan penyesuaian diri.
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru dan lain- lain dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
c.       Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan aku/ diriku dalam diri seseorang.[3]
Kepribadian guru terbentuk atas pengaruh model kelakuan seperti  yang diharapkan oleh masyarakat dan sifat pekerjaanya. Guru harus menjalankan peranannya menurut kedudukannya dalam berbagai situasi sosial. Kelakuan yang tidak sesuai dengan peranan itu akan mendapat kecaman dan harus dihindari. Sebaliknya, kelakuan yang sesuai akan dimantapkan dan norma- norma kelakuan akan internalisasikan dan menjadi suatu aspek dari kepribadiannya.
Dalam situasi kelas, guru menghadapi sejumlah murid yang harus dipandang sebagai “anaknya”. Sebaliknya, murid- murid akan memperlakukannya sebagai bapak guru dan ibu guru. Berkat kedudukannya, maka guru didewasakan, di- “tua”- kan sekalipun menurut usia yang sebenarnya belum pantas menjadi “orangtua”. Orang tua murid akan memandang guru sebagai “partner” yang setaraf kedudukannya dan mempercayakan anak mereka untuk diasuh oleh guru. Dalam menjalankan perannanya sebagai guru, ia lambat laun membentuk kepribadiannya. Ia diperlakukan oleh lingkungan sosialnya sebagai guru dan ia akan bereaksi sebagai guru pula. Ia menjadi guru karena diperlakukan dan berlaku sebagai guru (Nasution, 2009: 103-104).[4]
Menurut Al- Abrasyi, bahwa guru (dalam ajaran Islam)harus memiliki sifat- sifat Seperti zuhud, berpenampilan menyenangkan, berjiwa besar, tidak ria, tidak memendam rasa dengki dan , iri hati, tidak menyenangi permusuhan, antara perkataan dan perbuatan sesuai, tidak malu mengatakan ketidaktahuan, bijaksana, tegas dalam perkataan dan perbuatan(tetapi tidak kasar), rendah hati, lemah lemut, pemaaf, sabar, tidak merasa rendah diri, bersifat kebapakan, dan mengetahui karakter murid.
Menurut mahmud junus yang bersumber dari Ibnu Sina antara lain guru hendaklah berjiwa tenang, tidak bermuka masam, tidak mengolok- olok dihadapan anak didik, dan sopan santun.[5]
C.     Ciri- ciri Stereotif Guru
Stereotip guru adalah hal- hal yang sering dilakukan oleh para guru. Stereotip juga bisa diartikan sebagai sifat kepribadian. Yang berkembang dimasyarakat adalah adanya suatu anggapan bahwa yang stereotip selalu dianggap benar, sedangkan yang di luar stereotip dianggap salah.
Ciri- ciri stereotip guru yaitu:
1.      Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda. Karena sifat ini, ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan suatu masalah. Guru tidak suka diberi pertanyaan oleh murid, apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
2.      Guru pandai menahan diri. Ia hati- hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan dengan orang lain. Karena itu, ia tidak dapat memberikan partisipasi penuh dalam kegiatan sosial.
3.      Guru cenderung menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul secara intim dengan orang lain. Orang lain juga sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.      Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma- norma yang berkenaan dengan kedudukannya. Baginya, guru itu orang terhormat dan karena itu ia harus berkelakuan sesuai dengan kedudukan itu.
5.      Guru cenderung untuk bersikap otoriter dan ingin menggurui dalam diskusi. Sebagai orang yang serbatahu dalam kelas, ia akan memperlihatkan sikap yang sama di luar kelas.
6.      Guru cenderung bersikap konservatif, baik dalam pendiriannya maupun dalam hal- hal lahiriah, seperti mengenai pakaian.  Sebagai guru, ia bertugas menyampaikan kebudayaan nenek moyang kepada generasi muda. Dengan demikian, generasi muda dapat turut mempertahankan dan mengawetkan kebudayaan.
7.      Guru pada umumnya tidak didorong oleh motivasi yang kuat untuk menjadi guru. Seseorang memasuki lembaga pendidikan guru sering karena pilihan lain sudah tertutup.
8.      Guru pada umumnya tidak mempunyai ambisi yang kuat untuk mencapai kemajuan.
9.      Guru lebih cenderung mengikuti pimpinan daripada memberi pimpinan.
10.  Guru dipandang kurang agresif dalam menghadapi berbagai masalah.
11.  Guru cenderung memandang guru- guru sebagai kelompok yang berbeda dengan golongan pekerja lainya. Kecenderungan ini turut menimbulkan stereotip guru.
12.  Guru menunjukkan   kesediaan untuk berbakti dan berjasa( Nasution, 2009:104-105)
D.    Guru Masa Depan
Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal. Selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda- tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.
1.      Planner, artinya guru memiliki program kerja pribadi yang jelas. Program kerja tersebut tidak hanya berupa program rutin, misalnya menyiapkan seperangkat dokumen pembelajaran seperti Program semaster, Satuan Pelajaran, LKS, dan sebagainya. Akan tetapi guru harus merencanakan bagaimana setiap pembelajaran yang dilakukan berhasil maksimal dan tentunya apa dan bagaimana rencana yang dilakukan dan sudah terprogram secara baik.
2.      Inovator, artinya memiliki kemauan untuk melakukan pembaharuan yang berkenaan dengan pola pembelajaran termasuk di dalamnya metode mengajar, media pembelajaran, sistem dan alat evaluasi. Secara individu maupun bersama- sama mampu untuk mengubah pola lama, yang selama ini tidak memberikan hasil maksimal. Dengan mengubah pola baru pembelajaran maka akan berdampak kepada hasil yang lebih maksimal.
3.      Motivator, artinya guru masa depan mampu memiliki motivasi untuk terus belajar dan belajar, dan tentunya juga akan memberikan motivasi kepada anak didik untuk belajar dan terus belajar sebagaimana dicontohkan oleh gurunya.
4.      Capable, artinya guru diharapkan memiliki pengetahuan, kecakapan, dan ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu mengelola proses pembelajaran secara efektif.
5.      Developper, artinya guru mau untuk terus mengembangkan diri dan menularkan kemampuan dan keterampilan kepada anak didiknya dan untuk semua orang. Guru masa depan haus akan menimba keterampilan, dan bersikap peka terhadap perkembangan Iptek.[6]











BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menurut Gordon W. Allport, kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-motorik yang menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Ada 3 faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian :
a.       Faktor bawaan:
Unsur ini terdiri dari bawaan genetic yang menentukan diri fisik primer (warna kulit, mata dll) selain itu juga kecenderungan – kecenderungan dasar misalnya kepekaan dan penyesuaian diri.
b.      Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seperti sekolah, atau lingkungan sosial/ budaya seperti teman, guru dan lain- lain dapat mempengaruhi terbentuknya kepribadian.
c.       Interaksi bawaan dan lingkungan
Interaksi yang terus menerus antara bawaan dan lingkungan menyebabkan timbulnya perasaan aku/ diriku dalam diri seseorang.
Ciri- ciri stereotip guru yaitu:
1.      Guru tidak memperlihatkan kepribadian yang fleksibel. Ia cenderung mempunyai pendirian yang tegas dan mempertahankannya. Ia kurang terbuka bagi pendirian lain yang berbeda. Karena sifat ini, ia sulit melihat kebenaran pendapat orang lain atau cara orang lain memecahkan suatu masalah. Guru tidak suka diberi pertanyaan oleh murid, apalagi menerima jawaban yang berbeda dengan guru.
2.      Guru pandai menahan diri. Ia hati- hati dan tidak segera menceburkan diri dalam pergaulan dengan orang lain. Karena itu, ia tidak dapat memberikan partisipasi penuh dalam kegiatan sosial.
3.      Guru cenderung menjauhkan diri karena hambatan batin untuk bergaul secara intim dengan orang lain. Orang lain juga sukar untuk mengadakan hubungan akrab dengan guru.
4.      Guru berusaha menjaga harga diri dan merasa keterikatan kelakuannya pada norma- norma yang berkenaan dengan kedudukannya. Baginya, guru itu orang terhormat dan karena itu ia harus berkelakuan sesuai dengan kedudukan itu.
Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan dan keterampilan bagaimana dapat menciptakan hasil pembelajaran secara optimal. Selanjutnya memiliki kepekaan dalam membaca tanda- tanda zaman, serta memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju, tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.









DAFTAR PUSTAKA
Febrini, Deni. Bimbingan Konseling . Yogyakarta : Teras. 2011.
Isjoni, Gurukah Yang dipersalahkan (Menakar Posisi Guru di Tengah Dunia Pendidikan Kita).  Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2006.

[1] https:fdj-indrakurniawan.blogspot.com
[1] I wayan Suwatra, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014
[1] Moh. Rosyid, Guru (Kudus : STAIN Press Kudus, 2007


[1] Deni Febrini, Bimbingan Konseling (Yogyakarta : Teras. 2011)hal. 34.
[2] Isjoni, Gurukah Yang dipersalahkan (Menakar Posisi Guru di Tengah Dunia Pendidikan Kita), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006. Hal 76-78.
[3] https:fdj-indrakurniawan.blogspot.com
[4] I wayan Suwatra, Sosiologi Pendidikan (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) hal. 45
[5] Moh. Rosyid, Guru (Kudus : STAIN Press Kudus, 2007)hal. 104.
[6] Isjoni., Op.cit. hal. 24-25.




Download Makalah selengkapnya disini :   DOWNLOAD